
Sejarah, Makna, Properti & Asal Tari Payung
Sejarah Tari Payung
Walaupun tidak dapat dipastikan dari mana asal mula tari payung ini, terdapat sebuah catatan sejarah yang dianggap valid dan dapat menceritakan perkembangan tari payung. Sejarah tersebut sangat berkaitan dengan seni drama di masa penjajahan Belanda. Dulu, seni drama toonel sangat populer di daerah Sumatera Barat, karena adanya pengaruh dari kelompok seniman yang berasal dari Semenanjung Malaya. Di dalam pertunjukan drama toonel, terdapat juga seni komedi yang berasal dari suku Melayu di wilayah Sumatera Barat. Dalam sebuah pementasan drama toonel, tari payung akan dipentaskan sebagai salah satu kesenian pelengkap.
Awalnya, tari payung hanya digunakan sebagai penampilan selingan dari babak ke babak dalam rangkaian drama toonel. Namun, pada tahun 1920, tari payung mulai mendapatkan perhatian dan sambutan yang positif dari masyarakat Bukittinggi. Pada tahun tersebut, tari payung telah sukses menjadi semakin terkenal dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pertunjukan drama toonel.
Kemudian, tari payung ditata dalam bentuk tari teater oleh Muhammad Rasyid Manggis pada tahun 1904 hingga 1920-an. Setelah itu, penataan tarian tersebut dilanjutkan oleh Siti Agam yang berasal dari Bukittinggi. Siti Agam juga dikenal sebagai teman seangkatan Muhammad Rasyid Manggis saat mereka sekolah di Normal School di Bukittinggi.
Siti Agam menata koreografi tari payung dengan mengangkat tema pergaulan remaja atau muda-mudi. Tari payung mengisahkan kisah sepasang muda-mudi yang sedang pergi berlibur ke Sungai Tanang, yang merupakan sebuah sungai di daerah Bukittinggi. Cerita dalam tari payung telah disesuaikan dengan gambaran kehidupan para remaja perkotaan yang telah lepas dari aturan adat yang berlaku. Hal menarik dari tarian ini adalah semua penari, termasuk pengiring musik dan penabuh musik, biasanya diisi oleh perempuan. Hal ini karena pada zaman dahulu, kebudayaan di Minangkabau sangat melarang wanita untuk melakukan kegiatan di luar Rumah Gadang (rumah tradisional khas Minangkabau). Inspirasi untuk menggunakan wanita dalam tarian ini menjadi dasar Siti Agam untuk membentuk Serikat Kaum Ibu Sumatera pada tahun 1924, yang bertujuan untuk mendorong derajat wanita dalam bidang seni melalui pertunjukan drama toonel.
Perkembangan Tari Payung
Setelah tari payung menjadi semakin terkenal melalui pertunjukan drama toonel, tarian ini mulai dikembangkan lagi oleh para pelajar dan penari lainnya. Salah satu pelajar yang ikut mengembangkan tari payung adalah Saliasih, yang juga dikenal dengan sebutan Sariaman. Ia adalah teman seangkatan Sitti Agam dan Muhammad Rasyid di Normal School. Saliasih menyusun tari tradisional tersebut dengan menekankan perbedaan dalam hal yang detail, namun tetap mempertahankan esensi dari tarian tersebut.
Selain Saliasih, terdapat juga beberapa tokoh lain yang turut berkontribusi dalam perkembangan tari payung, seperti Ins Kayutaman, Sjotian Naan, dan Djarmis Sutan Bagindo. Ins Kayutaman bukan merupakan seorang murid di Normal School, namun ia juga telah memberikan kontribusi dalam perkembangan tari payung. Sjotian Naan dan Djarmis Sutan Bagindo juga telah melakukan gubahan pada tari payung yang sudah ada sebelumnya.
Perkembangan tari payung juga dilakukan oleh murid-murid Sjofian, seperti Sjofyani Yusaf, Gusmiati Suid, dan Hoerijah Adam. Mereka memiliki peran yang berbeda-beda dalam melakukan pengembangan tari payung sesuai dengan kreasi sendiri. Salah satu gubahan yang paling terkenal adalah yang dilakukan oleh Sjofyani Yusuf.
Meskipun telah mengalami banyak perubahan dalam penataan tari, tari payung tetap mempertahankan tema percintaan dengan alunan musik iringan yang berjudul “Babendibendi ke Sungai Tanang”.
Makna dan Filosofi Tari Payung
Seperti tarian tradisional yang ada di Indonesia lainnya, tari payung juga memiliki makna dan filosofi tersendiri. Makna dari tari payung dapat diartikan secara luas sebagai sebuah wujud perlindungan dan kasih sayang antara suami dan istri. Dalam tarian ini, penari pria akan memayungi penari wanita, melambangkan perlindungan yang diberikan oleh suami kepada istrinya. Selain itu, tari payung juga menggambarkan ikatan cinta yang suci dan kesetiaan dalam sebuah hubungan rumah tangga.
Properti dalam tari payung juga memiliki makna tertentu. Payung yang digunakan oleh penari pria melambangkan perlindungan antara suami dan istri. Dalam pementasan, penari pria akan melakukan gerakan memayungi penari wanita. Selendang yang digunakan oleh penari wanita melambangkan ikatan cinta yang suci dan penuh dengan kesetiaan. Gerakan penari wanita dalam tari payung melibatkan penggunaan selendang yang dihiasi dengan gerakan memutar dan melambungkan selendang di udara, menggambarkan kesiapan seseorang dalam membangun rumah tangga.
Lagu “Babendi-bendi ke Sungai Tanang” yang mengiringi tarian ini juga memiliki makna yang mendalam. Lagu tersebut mengisahkan tentang pasangan suami istri yang sedang berlibur dan menjalani bulan madu di Sungai Tanang. Melalui lagu ini, tari payung menghadirkan suasana romantis dari kisah cinta mereka.
Pola Lantai Tari Payung
Pola lantai dalam tari payung tidak terlalu rumit. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar penari pria dan penari wanita tidak bertabrakan ketika menari. Selain itu, properti payung dan selendang yang digunakan juga harus dipastikan tidak saling bertabrakan.
Jumlah penari yang ada dalam pola lantai minimal berjumlah tiga orang, namun bisa dilakukan dengan jumlah yang lebih banyak. Namun, syarat utama adalah tetap berpasangan. Pola lantai juga dapat disesuaikan dengan ruang yang tersedia, namun harus tetap mempertahankan keselarasan gerakan dan harmoni antara penari pria dan penari wanita.
Struktur Gerak Tari Payung
Tari payung memiliki struktur gerak yang khas Minangkabau, dengan ciri khas gerakan yang lemah lembut namun tetap memiliki kekuatan dan ketajaman di dalamnya. Para penari dalam tarian ini cenderung melakukan gerakan serentak dalam jumlah penari yang genap, seperti enam orang, sehingga terlihat teratur dan sejalan.
Gerakan tari payung terlihat santai dan tidak terikat pada aturan yang rumit. Tari payung merupakan kombinasi dari tarian Minangkabau dan Melayu. Penari pria dalam tarian ini juga menampilkan gerakan pencak silat selain gerakan khas Melayu seperti Lenggak, joget, dan Lenggok.
Struktur gerak tari payung terbagi menjadi bagian awal, bagian tengah atau isi, dan bagian akhir. Bagian awal melibatkan semua penari pria dengan gerakan seperti melirik payung, ayun payung berpasangan, siek putra tusuak, roda mamayuang, maeIo putra daIam, dan maeIo puta Iua. Bagian tengah atau isi melibatkan semua penari wanita dengan gerakan seperti melirik selendang, jalan, lingkaran 4 berpasangan, mangirai selendang puta, ayunan selendang kiri kanan putar kiri, ayunan selendang kiri kanan putra kanan, ayun selendang sampiang, jalan kiri kanan, dan jalan kamuko maju mundur. Bagian akhir melibatkan semua penari, baik pria maupun wanita, dengan gerakan seperti berjalan berpasangan dengan step C, komposisi bendi berpasangan menggunakan step S, langkah geser selendang lingkaran, bapasangan jalan lingkaran, rantang payuan puta, ayun selendang maju step S, ayun selendang maju sambah, dan ayun payung maju sambah.
Komponen Wajib Tari Payung
Tari payung memiliki komponen wajib yang harus ada saat dilakukan pementasan. Beberapa komponen tersebut meliputi gerakan penari payung, pengiring tarian, dekorasi panggung, pakaian penari, dan properti penari.
Gerakan penari payung adalah elemen utama dalam tarian ini. Gerakan penari harus mengikuti alunan musik dan partner mereka saat menari. Pengiring tarian terdiri dari alat musik tradisional dan lagu “Babendi-bendi ke Sungai Tanang”. Alat musik yang digunakan termasuk rebana, gendang, akordeon, talempong, dan gamelan melayu. Dekorasi panggung dalam pementasan tari payung sederhana dan dapat dilakukan di tempat manapun asalkan cukup luas untuk menampung jumlah penari yang banyak. Pakaian penari mengikuti busana adat Minangkabau dengan baju kurung, kain songket, dan aksesoris mahkota. Properti utama yang digunakan dalam tari payung adalah payung dan selendang.
Keunikan Tari Payung
Tari payung memiliki beberapa keunikan atau karakteristik yang membedakannya dari tarian lainnya. Salah satu keunikan dari tari payung adalah sejarahnya sebagai tarian pengiring drama toonel, yang telah membawanya menjadi bagian tak terpisahkan dari pertunjukan drama toonel. Tari payung juga dilakukan oleh penari dalam jumlah genap, dengan pasangan yang dapat terdiri dari pria dengan wanita atau wanita dengan wanita. Hal ini memberikan keunikan lain dalam tari ini, dimana penampilan selingan dalam drama toonel dapat diperbesar dan lebih menarik dengan kehadiran penari laki-laki dalam tarian payung.
Makna dan filosofi dalam tari payung membuatnya menjadi tarian yang mendalam dan bernilai. Makna perlindungan dan kasih sayang dalam hubungan suami istri melalui properti payung dan selendang memberikan keunikan tersendiri dalam tarian ini. Selain itu, keberadaan tari payung juga mencerminkan adanya emansipasi dan kesetaraan bagi wanita, yang pada awalnya hanya dapat menari dalam lingkup rumah tangga.
Struktur gerak tari payung yang khas Minangkabau, dengan kombinasi gerakan lemah lembut dan kuat, merupakan keunikan lain dari tarian ini. Tari payung juga memiliki pola lantai yang sederhana namun memperhatikan keharmonisan antara penari pria dan wanita. Selain itu, tari payung juga memerlukan jumlah penari yang ramai-ramai, menambah keunikan dan keindahan saat disaksikan.
Dalam pementasan tari payung, beberapa komponen wajib seperti gerakan penari, pengiring tarian, dekorasi panggung, pakaian penari, dan properti penari juga menambah keunikan dan kekhasan dalam tarian ini. Semua komponen tersebut saling melengkapi untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang indah dan memikat.
Kesimpulan
Tari payung merupakan salah satu tarian tradisional Minangkabau yang memiliki sejarah panjang dan makna yang mendalam. Tari ini telah mengalami perkembangan dari tari pengiring dalam drama toonel menjadi tarian yang memiliki tempat tersendiri dalam kebudayaan Minangkabau. Perkembangan tari payung tersebut melibatkan banyak tokoh seperti Siti Agam, Saliasih, Ins Kayutaman, Sjotian Naan, Djarmis Sutan Bagindo, Sjofyani Yusaf, Gusmiati Suid, dan Hoerijah Adam.
Tari payung memiliki makna dan filosofi yang berkaitan dengan perlindungan dan kasih sayang dalam hubungan suami istri. Properti payung dan selendang yang digunakan dalam tari ini melambangkan simbol-simbol dari makna tersebut. Struktur gerak tari payung yang lemah lembut namun kuat, pola lantai yang sederhana namun harmonis, serta komponen wajib seperti gerakan penari, pengiring tarian, dekorasi panggung, pakaian penari, dan properti penari menambah kekhasan dan keunikan dalam tarian ini.
Tari payung juga memperlihatkan adanya emansipasi dan kesetaraan bagi wanita, yang pada awalnya hanya dapat menari dalam lingkup rumah tangga. Keunikan dan kekhasan dari tari payung membuatnya menjadi salah satu tarian tradisional yang tidak boleh terlewatkan dalam kebudayaan Minangkabau. Melalui pertunjukan tari payung, kita dapat memahami dan mengapresiasi keindahan serta keaslian budaya Minangkabau.
Selain membaca blog karir Aikerja, follow juga akun instagram aikerja untuk informasi terbaru seputar lowongan kerja, dan dunia kerja.