(REVIEW BUKU) Kim Ji Yeong, Lahir Tahun 1982: Diskriminasi & Depresi



Kim Ji Yeong, seorang perempuan biasa yang hidup di Korea Selatan pada tahun 1982, merupakan tokoh utama dalam novel berjudul “Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982” karya Cho Nam Joo. Novel ini mengisahkan tentang perjuangan Kim Ji Yeong dalam menghadapi berbagai diskriminasi gender dan perlakuan tidak adil yang dia alami sepanjang hidupnya. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi cerita Kim Ji Yeong dengan lebih detail dalam tiga sub judul utama: Perbedaan Perlakuan Sejak Kecil, Kesenjangan Gender dalam Pendidikan, dan Tantangan Karir Perempuan di Korea Selatan.

Heading 2: Perbedaan Perlakuan Sejak Kecil

Dari awal kehidupannya, Kim Ji Yeong merasakan perbedaan perlakuan yang jelas antara dirinya dan saudara-saudaranya. Meskipun Kim Ji Yeong adalah anak perempuan yang pertama kali lahir dalam keluarganya, adik laki-lakinya tetaplah menjadi pusat perhatian. Ini tercermin dari cara sang adik diperlakukan oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Kim Ji Yeong dan kakaknya sering kali diminta untuk membantu ibu di rumah, sedangkan sang adik dibiarkan bebas bermain dan tidak memiliki tanggung jawab yang sama.

Meskipun perbedaan perlakuan ini bisa jadi tidak sengaja dilakukan oleh keluarga, itu tetaplah merugikan Kim Ji Yeong. Ia mulai menyadari bahwa sebagai perempuan, ada batasan dan ekspektasi yang melekat padanya. Bahkan di lingkungan sekolah, Kim Ji Yeong mengalami diskriminasi gender. Ketika siswa laki-laki dapat dengan bebas memilih sepatu olahraga yang nyaman, siswa perempuan hanya diperbolehkan memakai sepatu biasa. Alasan yang diberikan adalah bahwa siswa laki-laki lebih aktif dan selalu dalam gerakan.

Segala perbedaan perlakuan ini mengajarkan Kim Ji Yeong untuk menerima nasibnya sebagai seorang perempuan dalam budaya patriarki. Meskipun sulit bagi Kim Ji Yeong untuk menerima semua ini, ia terus berusaha dan melanjutkan hidupnya dengan apa adanya.

See also  Review Buku Bedebah di Ujung Tanduk

Heading 2: Kesenjangan Gender dalam Pendidikan

Ketika Kim Ji Yeong memasuki masa perkuliahan, dia semakin menyadari adanya kesenjangan gender yang eksis dalam sistem pendidikan. Meskipun ia memiliki prestasi akademik yang baik, Kim Ji Yeong mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Ia menyadari bahwa peluang kerja bagi perempuan di Korea Selatan pada saat itu jauh lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Survei yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa hanya 29,6% perempuan yang diterima bekerja di lebih dari 100 perusahaan yang disurvei. Data ini menggambarkan adanya kesenjangan yang signifikan antara peluang kerja bagi laki-laki dan perempuan. Kim Ji Yeong harus menghadapi kenyataan pahit ini dan terus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.

Kesenjangan gender dalam pendidikan juga menghalangi Kim Ji Yeong untuk mengembangkan potensi dirinya sepenuhnya. Ia harus menghadapi diskriminasi dan stereotip dalam lingkungan akademik, di mana keberhasilannya sering kali diabaikan atau dianggap remeh. Kim Ji Yeong dan banyak perempuan lainnya diharapkan untuk hanya fokus pada peran tradisional mereka sebagai ibu dan istri, dengan mengesampingkan ambisi dan keinginan mereka untuk mencapai kesuksesan di bidang yang mereka minati.

Heading 2: Tantangan Karir Perempuan di Korea Selatan

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Kim Ji Yeong adalah kesulitan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan setelah lulus dari perguruan tinggi. Diskriminasi gender dan penolakan yang dialaminya mencerminkan realitas yang dihadapi banyak perempuan di Korea Selatan pada saat itu.

Budaya patriarki yang kuat di negara tersebut menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dan memberikan preferensi yang jelas kepada laki-laki. Meskipun Kim Ji Yeong memiliki kemampuan dan kualifikasi yang sama seperti laki-laki, namun ia seringkali diabaikan atau dianggap tidak mampu bersaing dengan mereka. Ini menciptakan hambatan yang besar bagi Kim Ji Yeong dalam mencapai kesuksesan profesional.

See also  Kenali Perbedaan Introvert dan Ekstrovert

Keadaan ini semakin memburuk setelah Kim Ji Yeong menikah dan memiliki anak. Ia mengalami tekanan untuk mengurus rumah tangga dan menjadi ibu yang sempurna, sementara suaminya bekerja dan diakui dalam karirnya. Kim Ji Yeong harus menghadapi perubahan peran dari seorang pekerja menjadi ibu rumah tangga yang mengubah dinamika hidupnya sepenuhnya.

Semakin Kim Ji Yeong menyerah pada peran tradisional ini, semakin ia merasa kehilangan jati dirinya. Kehilangan ketertarikan dan hasrat dalam hidupnya membuatnya jatuh ke dalam depresi yang dalam. Ia kehilangan semangat dan merasa bahwa hidupnya tidak lagi memiliki arti.

Terkadang, cerita Kim Ji Yeong juga mencerminkan pengalaman perempuan di Indonesia yang juga menghadapi diskriminasi gender dan kesenjangan dalam karir. Meskipun situasinya mungkin tidak seburuk yang dialami oleh Kim Ji Yeong, tetapi masih ada masalah yang perlu diatasi.

Meskipun novel ini hanya fiksi, namun cerita Kim Ji Yeong memberi kita gambaran tentang perjuangan yang dihadapi banyak perempuan di dunia nyata. Dia adalah simbol dari keinginan perempuan untuk diakui, dihargai, dan mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki.

Melalui cerita ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk merefleksikan ulang norma-norma gender yang ada dalam masyarakat kita. Terlepas dari budaya yang kita anut, semua perempuan berhak mendapatkan persamaan perlakuan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka.

Dalam novel ini, Cho Nam Joo menciptakan karakter yang kuat dan inspiratif dalam sosok Kim Ji Yeong. Meskipun pada akhirnya dia terjebak dalam depresi yang dalam, kita dapat mengambil pelajaran penting tentang pentingnya membahas dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan diskriminasi gender dan kesenjangan dalam karir.

Dalam masyarakat yang semakin maju, adalah tugas kita untuk melawan stereotip, mendorong persamaan gender, dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua orang. Kita perlu mengakui potensi dan kontribusi yang dapat diberikan oleh setiap individu tanpa memandang jenis kelamin mereka.

See also  Resensi Novel Selamat Tinggal karya Tere Liye

Melalui cerita Kim Ji Yeong, kita diajak untuk mengamati realitas yang dihadapi perempuan dalam budaya patriarki dan mempertanyakan norma-norma yang ada. Semoga novel ini menjadi pemicu untuk perubahan yang lebih baik dalam masyarakat kita, di mana perempuan dapat hidup bebas dari batasan dan mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki.


Selain membaca blog karir Aikerja, follow juga akun instagram aikerja untuk informasi terbaru seputar lowongan kerja, dan dunia kerja.

Tahukah Anda?