Pola Lantai Tari Piring: Gerakan, Makna, Sejarah, Properti dan Busana



Pola Lantai Tari Piring
Dalam tari piring, terdapat enam pola lantai yang digunakan. Baik itu jenis garis lurus maupun pola lantai dengan garis yang melengkung. Pola lantai tari piring menjadi unsur yang paling penting diikuti karena untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan makna yang ingin disampaikan.
Selain itu, pola lantai tari piring ini menjadi penting dipelajari agar menghindari adanya tabrakan dengan sesama penari lainnya. Dalam tarian tradisional ini, tari piring dipentaskan oleh penari yang jumlahnya ganjil, seperti tiga sampai tujuh atau sembilan orang.

1. Pola Lantai Vertikal

Pada pola lantai tari piring vertikal ini, para penari piring akan bergerak maju dan mundur secara bergantian. Hal ini dilakukan dengan mengikuti alunan dan ketukan pada lagu yang dimainkan. Gerakan maju dan mundur ini dilakukan dengan rapi dan terkoordinasi sehingga tercipta harmoni gerakan antara para penari.

2. Pola Lantai Horizontal

Sama seperti halnya dengan pola lantai vertikal, pola lantai horizontal akan membuat para penari bergantian bergerak mengikuti alunan lagu. Bedanya, pada pola lantai horizontal ini penari akan bergerak memindahkan tubuhnya ke samping secara berirama. Gerakan ke samping ini dilakukan dengan ringan dan lincah, membentuk pola linier yang indah di lantai tari.

3. Pola Lantai Spiral

Setelah bergerak ke samping, para penari akan bergerak secara bergantian membentuk pola spiral. Hal ini dilakukan guna memberikan kesan yang lembut. Pada pola lantai ini, penari menggunakan lebih dari satu garis lingkaran yang searah pada anggota badan yang memberikan kesan lembut serta elegan. Gerakan melingkar ini dilakukan dengan lemah gemulai sehingga memberikan kesan memukau bagi para penonton.

4. Pola Lantai Lingkaran Besar

Setelah selesai dengan pola spiral, para penari akan membentuk dua buah pola lingkaran. Pola lantai pertama yang digunakan adalah pola lantai lingkaran besar. Pada bagian ini, para penari akan berkumpul membentuk sebuah lingkaran besar dan bergerak sesuai irama lagu. Gerakan melingkar di dalam formasi lingkaran besar ini dilakukan dengan serasi dan selaras, menciptakan tampilan yang indah dan harmonis.

5. Pola Lantai Lingkaran Kecil

Setelah pola lantai lingkaran besar, para penari akan bergerak membentuk sebuah lingkaran yang lebih kecil. Penari pun akan bergerak dalam pola lantai tersebut sebelum akhirnya berpindah membentuk pola lantai terakhir. Gerakan melingkar di dalam formasi lingkaran kecil ini dilakukan dengan presisi dan kelembutan, memberikan kesan yang memikat untuk para penonton.

See also  10 Jenis Tanaman Begonia yang Cocok Dijadikan Penghias Ruangan

6. Pola Lantai Berbaris

Pola lantai tari piring yang terakhir adalah pola lantai berbaris. Setelah para penari membentuk pola lantai lingkaran kecil, mereka akan bergerak berbaris membentuk satu garis lurus di akhir pertunjukan tari piring. Gerakan berbaris ini dilakukan dengan ketat dan rapi, menjaga formasi dan keselarasan antara para penari.

Tari piring merupakan sebuah tarian yang membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik antara para penari. Dalam mengikuti pola lantai, setiap penari harus memperhatikan gerakan teman-temannya agar tidak terjadi tabrakan atau kesalahan dalam formasi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latihan dan disiplin dalam tari piring ini. Para penari harus menguasai setiap pola lantai yang ada dengan baik, sehingga penampilan tari piring dapat terlihat indah dan mengesankan.

Gerakan Tari Piring
Selain pola lantai, gerakan tari piring juga merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah pementasan. Gerakan ini dapat menjadikan suatu tarian terbentuk secara utuh dan lengkap. Gerakan tari piring terdiri dari berbagai macam gerakan, baik yang bersumber dari seni tari maupun gerakan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam versi lain, gerakan tari piring terkadang juga terlihat seperti sedang menggambarkan tarian pertanian. Hal ini disebabkan karena tari piring adalah salah satu tarian sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan hasil panen yang sukses. Gerakan dalam tari piring ini menggambarkan berbagai aktivitas dalam bercocok tanam, mulai dari mencangkul, menyiang, menyemai, hingga mencabut benih.

Selain gerakan yang terkait dengan pertanian, terdapat pula gerakan yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Gerakan ini mencakup gerakan dasar pencak silat, gerakan alang babega, gerakan tupai bagaluik, gerakan bungo kambang, dan masih banyak lagi. Gerakan-gerakan ini memberikan variasi dan keunikan dalam tari piring, sehingga penampilannya menjadi semakin menarik dan beragam.

See also  10 Tokoh Fiksi Idaman Sejuta Umat dalam Buku-Buku Populer

Makna Tari Piring
Pada saat ini, tari piring tidak lagi digunakan sebagai sebuah tarian ritual. Namun, meski demikian tari piring ini tetap memiliki makna yang cukup dalam. Pada dasarnya, tari piring ini bermakna tentang pengungkapan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan karunianya.

Selain itu, gerakan tari piring ini pun banyak meniru cara petani dalam bercocok tanam. Bahkan, secara umum, tarian ini mencerminkan perihal kehidupan masyarakat Minangkabau saat tengah bekerja di sawah dan di ladang. Penggunaan piring sebagai properti utama ini juga melambangkan kegembiraan para petani atas panen yang berhasil dan sukses.

Masyarakat setempat percaya bahwa tari piring ini merupakan salah satu wujud rasa syukur setelah Tuhan mengabulkan doa mereka guna mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Oleh sebab itu, tari piring ini sangat sarat akan makna. Tarian ini juga menjadi media bagaimana para petani dan masyarakat mengungkapkan kebahagiaan serta rasa syukur mereka kepada Sang Ilahi.

Sejarah Tari Piring
Kesenian tradisional tari piring ini berasal dari daerah Solok, Sumatera Barat. Tarian ini pun merupakan salah satu tarian tradisional dari Minangkabau. Dalam bahasa Minangkabau, tari piring disebut juga sebagai tari piriang. Pada gerakan dasar tari ini, terinspirasi dari gerakan silat atau silek Minangkabau.

Dahulu kala, tarian ini juga menjadi sebuah ritual khusus untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat setempat. Masyarakat dan para petani membuat sebuah ritual sebagai rasa terima kasih kepada Dewa Dewi setelah mendapatkan hasil yang memuaskan dan panen yang melimpah ruah.

Setelah kedatangan Islam di tanah Sumatera, tradisi ini pun mengalami pergeseran fungsi dan makna. Kegiatan kepercayaan ini akhirnya digantikan dengan sebuah tarian berkonsep tari piring. Hal inilah yang membuat tari piring pada saat ini lebih sering dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti pesta pernikahan dan perkawinan, penyambutan tamu agung, penobatan gelar, hingga ritual kematian.

Properti Tari Piring
Properti dalam pertunjukan seni tari berarti peralatan yang digunakan dalam sebuah pertunjukan seni tari itu sendiri. Pada tari piring, properti yang digunakan adalah sebuah piring kecil dan pecahan kaca berwarna putih dari piring yang dipecahkan. Piring yang digunakan memiliki ukuran yang lebih kecil dari piring makan biasa untuk memudahkan penari dalam membawanya.

See also  9 Rekomendasi Toner Untuk Remaja

Selain piring, pada tarian dari tanah Minangkabau ini juga menggunakan properti lainnya seperti cincin yang disematkan pada ujung jari telunjuk. Cincin yang digunakan terbuat dari tempurung kemiri yang telah dilubangi. Cincin ini digunakan sebagai penghasil bunyi untuk suasana yang penuh dengan kegembiraan.

Busana Tari Piring
Pada busana penari perempuan, selain baju kurung dan kain songket, ditambahkan pula beberapa aksesoris pelengkap lainnya. Aksesoris ini berupa selendang di bagian kiri badan, tikuluak tanduak balapak (penutup kepala khas Minang yang berbentuk tanduk yang dibuat dari bahan songket), dan perhiasan yang berupa kalung rumbai, galung gadang, serta giwang atau subang.
Sementara, untuk busana penari laki-laki yaitu baju rang mudo (baju gunting Tiongkok dengan lengan lebar dan dihias dengan renda emas) dan bawahan berupa celana berukuran besar dengan bagian tengah yang berwarna senada dengan atasan bajunya.
Para penari dalam tari piring juga menggunakan beberapa aksesoris lainnya seperti selendang, ikat pinggang, dan destar. Aksesoris ini membantu menambah keindahan dan kesan megah dalam penampilan para penari.

Dalam busana tari piring, terdapat pula penggunaan motif dan warna yang khas. Motif-motif yang digunakan umumnya merupakan motif tradisional Minangkabau yang memiliki makna dan filosofi tersendiri. Warna-warna yang dominan dalam busana tari piring adalah warna-warna cerah dan terang seperti merah, kuning, dan hijau. Hal ini membuat penampilan para penari menjadi semakin mencolok dan memukau.

Dalam keseluruhan pertunjukan tari piring, baik pola lantai, gerakan, makna, sejarah, properti, maupun busana, semuanya memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Semua aspek tersebut bekerja sama untuk menciptakan sebuah tarian yang indah, penuh makna, dan mengesankan. Tari piring menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.


Selain membaca blog karir Aikerja, follow juga akun instagram aikerja untuk informasi terbaru seputar lowongan kerja, dan dunia kerja.

Tahukah Anda?

Leave a Reply