(REVIEW BUKU) Convenience Store Woman, Melawan Stigma Menjadi Wanita ‘Normal’



Dalam hidup ini, ada saat-saat di mana seseorang merasa menjadi sosok yang dianggap berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Mereka mungkin merasa biasa saja, nyaman, dan tidak ada yang salah dengan diri mereka, namun masyarakat berkata lain. Mereka menjadi objek yang dieliminasi oleh dunia yang normal. Fenomena ini menjadi topik besar yang disajikan oleh Sayaka Murata dalam bukunya yang berjudul Convenience Store Woman atau dalam versi terjemahan bahasa Indonesia-nya, Gadis Minimarket.

Convenience Store Woman adalah karya ke-10 dari Sayaka Murata, sekaligus karya pertamanya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ketika versi bahasa Inggrisnya dirilis pada tahun 2018, buku ini langsung laris manis dan mendapat sambutan hangat dari pembaca. Kepopulerannya tidak diragukan lagi, terbukti dengan penjualan lebih dari 600 ribu kopi di Jepang. Pada tahun 2016, novel ini juga berhasil memenangkan Akutagawa Prize yang bergengsi.

Novel ini menceritakan tentang Keiko Furukura, seorang wanita berusia 36 tahun yang telah bekerja di sebuah konbini atau minimarket selama hampir setengah usianya, yaitu 18 tahun. Keiko adalah sosok yang dianggap aneh oleh orang-orang di sekitarnya. Bagaimana mungkin seseorang menjadi pegawai paruh waktu sepanjang hidupnya dan tidak mencari pekerjaan yang lebih mapan? Bagaimana mungkin seseorang tidak berpikir untuk mencari pasangan, menikah, dan memiliki anak? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat Keiko merasa dikucilkan dan dianggap berbeda oleh masyarakat.

Sejak kecil, Keiko sudah terlihat ‘berbeda’ dan ‘aneh’, dan hal ini berlanjut hingga ia dewasa. Keluarga dan teman-temannya sangat cemas dengan keadaan Keiko yang seperti itu. Semakin bertambah usia, tekanan untuk menjadi manusia ‘normal’ semakin besar. Kehidupan menuntut Keiko untuk menjadi normal, meski ia tidak benar-benar mengerti apa arti ‘normal’ itu. Ia mencoba segala cara untuk menjadi layaknya ‘orang normal’, bahkan dengan melangkah di luar zona nyamannya.

See also  16 Arti Mimpi Istri Selingkuh dari Berbagai Sudut Pandang

Namun, apakah kehidupan di luar zona nyaman benar-benar akan membawa Keiko ke arah yang ia inginkan? Akankah ia berhasil memenuhi tuntutan hidup ‘normal’ tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab saat kita membaca Convenience Store Woman.

Salah satu alasan mengapa Convenience Store Woman begitu menarik untuk dibaca adalah karena ceritanya sangat relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Buku ini membahas permasalahan yang sering kita hadapi, yaitu bagaimana masyarakat di sekitar kita terlalu ikut campur dalam kehidupan seseorang. Dalam buku ini, Keiko mampu memahami apa yang membuatnya nyaman tanpa memedulikan apa yang dikatakan orang lain. Ia teguh pada prinsipnya sendiri.

Padahal, Keiko tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, namun orang lainlah yang berusaha dengan keras untuk mengubah Keiko agar menjadi seperti mereka. Hal ini menggambarkan betapa kuatnya tekanan yang dirasakan oleh individu dalam masyarakat untuk menjadi ‘normal’.

Convenience Store Woman juga mengungkap fakta menarik mengenai kekurangan tenaga kerja di Jepang. Di dalam buku ini, kita dapat melihat kehidupan seorang pegawai minimarket selama 24 jam. Kita mungkin sering menjadi pelanggan di minimarket, namun apakah kita pernah berpikir tentang bagaimana rasanya bekerja di sana? Buku ini memberikan gambaran yang jelas tentang kerja keras dan tantangan yang dihadapi oleh para pekerja minimarket.

Selain itu, novel ini juga menggambarkan masalah sosial yang ada di masyarakat Jepang, di mana status pekerjaan, menemukan pasangan, dan memiliki anak dianggap sebagai satu-satunya cara menuju kesuksesan bersosial. Orang-orang yang tidak memenuhi standar tersebut, seperti Keiko, dianggap aneh dan dikucilkan oleh masyarakat. Tema ini menjadi salah satu fokus utama dalam buku ini.

Keiko memiliki rasa kasih sayang yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pegawai minimarket. Bagi Keiko, minimarket adalah tempat di mana ia merasa hidupnya memiliki arti. Dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaan ini membuatnya merasa kehilangan motivasi ketika tidak bekerja di minimarket. Di sana, Keiko merasa seperti terlahir kembali, dengan identitas barunya sebagai seorang pegawai minimarket.

See also  Cara Memulai Bisnis Online: Jenis, Keuntungan, Tantangan

Cara penulisan Sayaka Murata dalam Convenience Store Woman sangat menarik dan membuat pembaca terus ingin membaca. Buku ini memiliki tebal 164 halaman, namun dapat dibaca dalam sekali duduk. Alur ceritanya yang mengalir dengan baik membuatnya menjadi page turner yang sulit untuk ditinggalkan.

Convenience Store Woman adalah pilihan yang tepat bagi para pembaca yang ingin menikmati novel dengan cerita ringan namun unik. Buku ini tidak hanya relate dengan kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga mengangkat kisah cinta antara manusia dengan pekerjaannya yang melawan stigma masyarakat. Plot ceritanya yang jarang ditemui membuatnya semakin menarik untuk diikuti.

Dalam kesimpulan, Convenience Store Woman adalah sebuah karya yang mengangkat tema tentang kehidupan seseorang yang dianggap berbeda oleh masyarakat pada umumnya. Novel ini memberikan gambaran yang jelas tentang tekanan yang dirasakan oleh individu dalam masyarakat untuk menjadi ‘normal’. Kisah Keiko Furukura yang teguh pada prinsipnya sendiri mengajarkan kita untuk tetap setia pada diri sendiri, meski dunia di sekitar kita menerima dengan sulitnya. Sayaka Murata memberikan gambaran yang menarik tentang kehidupan seorang pegawai minimarket dan mengungkapkan fakta menarik mengenai kekurangan tenaga kerja di Jepang. Dalam Convenience Store Woman, pembaca dapat menemukan cerita yang ringan namun unik, serta mengikuti kisah cinta antara manusia dengan pekerjaannya yang melawan stigma masyarakat. Sungguh sebuah novel yang sangat direkomendasikan bagi para pembaca yang ingin mendapatkan bacaan yang menginspirasi.


Selain membaca blog karir Aikerja, follow juga akun instagram aikerja untuk informasi terbaru seputar lowongan kerja, dan dunia kerja.

Tahukah Anda?

Leave a Reply