
Memahami Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Kata Antonim
Pengertian Antonim
Antonim adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan dengan kata lain. Pengertian ini sejalan dengan definisi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata-kata antonim ini dapat menjadi lawan dari kata lainnya dalam hal makna atau arti yang terkandung di dalamnya. Misalnya, kata “panas” adalah antonim dari kata “dingin”, “timur” adalah antonim dari kata “barat”, dan “benci” adalah antonim dari kata “cinta”. Dalam penulisan kalimat, penggunaan antonim dapat memberikan variasi dan kedalaman makna.
Jenis Antonim
Antonim terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu oposisi kembar, oposisi majemuk, oposisi gradual, oposisi relasional, oposisi hirarkis, dan oposisi inversi. Mari kita bahas satu per satu.
Oposisi Kembar
Oposisi kembar adalah jenis antonim yang terdiri dari dua kata yang memiliki makna berlawanan. Contohnya, “perempuan” dan “laki-laki” adalah antonim oposisi kembar, begitu juga dengan “hidup” dan “mati”.
Oposisi Majemuk
Oposisi majemuk adalah jenis antonim yang terdiri dari lebih dari dua kata yang memiliki makna berlawanan. Contohnya, dalam hal warna baju, jika baju tersebut berwarna “kuning”, maka baju tersebut tidak berwarna “merah”, “biru”, “putih”, dan sebagainya.
Oposisi Gradual
Oposisi gradual adalah jenis antonim yang melibatkan tingkatan makna. Dalam hal ini, terdapat penyangkalan terhadap suatu kata. Misalnya, jika dikatakan “tidak kecil”, maka tidak berarti “besar”, tapi bisa berarti “agak besar” atau “sedang”.
Oposisi Relasional
Oposisi relasional adalah jenis antonim yang memiliki hubungan atau relasi tertentu. Kedua kata antonim ini memiliki makna yang saling melengkapi atau berhubungan satu sama lain. Contohnya, “utara-selatan”, “timur-barat”, “bawah-atas”, “kiri-kanan”, dan sebagainya.
Oposisi Hirarkis
Oposisi hirarkis adalah jenis antonim yang memiliki tingkatan atau hierarki tertentu. Kata-kata antonim dalam jenis ini memiliki pertentangan makna, namun berada di dalam posisi bertingkat. Contohnya, dalam satuan panjang, ada “millimeter-centimeter” dan dalam satuan waktu, ada “Januari-Februari-Maret”.
Oposisi Inversi
Oposisi inversi adalah jenis antonim yang terdapat pada pasangan kata. Contohnya, “harus-boleh”, “beberapa-semua”, dan “mungkin-wajib“. Contoh kalimat yang menggunakan oposisi inversi adalah “Kakakku diharuskan tidak menjadi perokok”, yang berarti “Kakak tidak diperbolehkan menjadi seorang perokok”.
Ciri-Ciri Antonim
Selain jenis, ada juga ciri-ciri yang dimiliki oleh antonim. Ciri-ciri ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang penggunaan dan arti dari antonim.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Majemuk
Ciri yang pertama adalah antonim oposisi majemuk. Ciri utama dari jenis ini adalah adanya penyangkalan terhadap suatu anggota yang kemudian mencakup penyangkalan terhadap semua anggota yang lain. Contoh penggunaan antonim oposisi majemuk adalah kalimat “Agus tidak suka bakso”, yang kemudian mengandung makna bahwa Agus suka makanan lain seperti mie goreng atau martabak.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Kembar
Ciri yang kedua adalah antonim oposisi kembar. Jenis ini terdiri dari dua anggota yang memiliki makna berlawanan. Contohnya adalah “perempuan-laki-laki”, “jantan-betina”, dan “hidup-mati”.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Gradual
Ciri yang ketiga adalah antonim oposisi gradual. Jenis ini melibatkan tingkatan makna dan terdapat penyangkalan terhadap suatu kata. Contoh penggunaan antonim gradual adalah jika dikatakan “tidak kecil”, maka tidak berarti besar, tapi bisa berarti agak besar atau sedang.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Inversi
Ciri yang keempat adalah antonim oposisi inversi. Jenis ini terdapat pada pasangan kata dan memiliki makna yang berlawanan. Contohnya adalah “harus-boleh”, “beberapa-semua”, dan “mungkin-wajib”. Contoh kalimat yang menggunakan oposisi inversi adalah “Kakakku diharuskan tidak menjadi perokok”, yang berarti “Kakak tidak diperbolehkan menjadi seorang perokok”.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Hirarkis
Ciri yang kelima adalah antonim oposisi hirarkis. Jenis ini memiliki makna yang bertentangan namun berada di dalam posisi bertingkat. Antonim hierarkis juga memiliki kriteria khusus, yaitu tingkat yang menjadi pembeda dari sifat antonim majemuk. Contohnya adalah “millimeter-centimeter” dalam satuan panjang dan “Januari-Februari-Maret” dalam satuan waktu.
Ciri-Ciri Antonim Oposisi Relasional
Ciri yang terakhir adalah antonim oposisi relasional. Jenis ini merupakan pertentangan di antara dua kata yang memiliki hubungan atau relasi tertentu. Contohnya adalah “utara-selatan”, “timur-barat”, “bawah-atas”, “kiri-kanan”, dan sebagainya.
Sifat Antonim
Selain jenis dan ciri-ciri, antonim juga memiliki sifat-sifat tertentu yang perlu dipahami. Berikut adalah sifat-sifat antonim.
1. Antonim Bersifat Biner
Antonim bersifat biner adalah jenis antonim yang memasangkan makna pada suatu kata. Contohnya adalah “pria-wanita”, “guru-murid”, “penjual-pembeli”, dan “dokter-pasien”. Antonim ini memberikan pernyataan tentang siapa atau apa.
2. Antonim Bersifat Non Biner
Antonim bersifat non biner adalah kebalikan dari antonim biner. Oposisi kata ini melawan makna berbagai kata. Contohnya adalah “barat-selatan”, “ayah-paman”, “luas-sempit”, “tua-muda”, “gelap-terang”, dan sebagainya. Antonim ini dapat memiliki banyak pasangan yang berlawanan.
3. Antonim Bersifat Taksonomis
Antonim taksonomis adalah antonim yang memiliki makna berlawanan secara mutlak. Contohnya adalah kata “hidup-mati”, di mana antara hidup dan mati terdapat batasan yang tegas. Sesuatu yang hidup pasti belum mati, begitu juga sebaliknya.
4. Antonim Bersifat Kekutuban
Antonim kekutuban adalah antonim yang tidak selalu memiliki pasangan kata yang mutlak. Antonim ini dapat bersifat relatif atau bergaris. Misalnya, dalam kata “besar-kecil”, ukuran yang besar bagi kambing dapat menjadi kecil bagi kuda, begitu juga dengan kucing yang bisa menjadi besar jika dibandingkan dengan tikus dan kecil jika dibandingkan dengan anjing. Tidak ada batasan yang jelas untuk kata besar dan kecil.
5. Antonim Bersifat Bergradasi dan Tak Bergradasi
Antonim bergradasi melibatkan perlawanan makna yang saling berjenjang atau bertingkat. Kedua kata ini memiliki sifat relatif yang umumnya dimiliki oleh satuan ujarannya. Misalnya, kata “panas” dapat berantonim dengan kata “dingin” namun juga dapat memiliki antonim berupa lebih panas atau lebih dingin. Antonim tak bergradasi adalah perlawanan makna yang tidak bertingkat. Contohnya adalah “kakek-nenek”.
6. Antonim Bersifat Orthogonal dan Antipodal
Antonim orthogonal adalah perlawanan makna yang tidak bersifat diametral. Contohnya adalah kata “utara” yang memiliki antonim yang orthogonal dengan semua arah mata angin kecuali selatan. Antonim antipodal adalah perlawanan makna yang bersifat diametral. Misalnya, kata “utara” memiliki antonim dengan kata “selatan”.
7. Antonim Bersifat Relatif
Antonim bersifat relatif merupakan antonim yang memiliki tingkatan makna yang tidak memiliki batas yang jelas antara satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah “kaya-miskin”. Makna kedua kata ini memiliki tingkatan tertentu yang tergantung pada konteks penggunaannya.
8. Antonim Bersifat Mutlak
Antonim bersifat mutlak adalah antonim yang memiliki makna yang saling berlawanan secara mutlak dan tidak dapat dibantah. Contohnya adalah “mati-hidup”. Antara kata mati dan hidup terdapat batasan yang mutlak. Sesuatu yang hidup pasti belum mati, begitu juga sebaliknya.
9. Antonim Bersifat Relasional
Antonim bersifat relasional adalah antonim yang memiliki hubungan atau relasi antara kata-kata yang melengkapi satu sama lain. Contohnya adalah “jual-beli”, di mana kehadiran kata yang satu dengan kata lainnya akan membentuk sebuah hubungan.
Contoh Antonim
Berikut adalah beberapa contoh kata antonim yang dapat digunakan untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan tentang antonim:
– Adem atau panas
– Agung atau kecil
– Ahli atau awam
– Ajaib atau biasa, umum, lumrah dan lazim
– Ajal atau hidup, bernapas
– Ajar atau pengajar: murid, siswa, pelajar
– Akhir atau awal, mula
– Akhirat atau dunia
– Akrab atau renggang, jauh
– Alas atau tutup, atap
– Badan atau jiwa, roh
– Badung atau baik
– Berisik atau sepi, senyap
– Bicara atau diam
– Cicil atau kontan
– Datar atau turun naik
– Dekil atau bersih
– Dobel atau tunggal
– Elastis atau kaku
– Fisik atau roh, sukma
– Gadungan atau asli, sejati
– Gaek atau muda, belia
– Geger atau damai, tenang
– Girang atau sedih, sudah, duka
– Habis atau tersisa
– Haram atau halal, boleh
– Hayat atau maut, mati
– Bahagia atau sedih
– Kuat atau lemah
– Baik atau buruk
– Terang atau gelap
– Asli atau palsu
– Padat atau renggang
– Pahala atau dosa
– Pakar atau awam
– Paman atau bibi
– Rutin atau jarang
– Sabar atau marah
– Sah atau ilegal
– Salin atau tempel
– Sama atau beda
– Sebab atau akibat
– Sebelum atau sesudah
– Sedih atau senang
– Tajam atau tumpul
– Tambah atau kurang
– Tangguh atau rentan
– Tangkap atau lepas
– Tanjakan atau turunan
Penutup
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa antonim adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan dengan kata lain. Antonim terbagi menjadi beberapa jenis dan memiliki ciri-ciri serta sifat-sifat tertentu. Penggunaan antonim dapat memberikan variasi dan kedalaman makna dalam penulisan kalimat. Contoh-contoh antonim di atas dapat digunakan untuk memperkaya dan mendalamai pemahaman tentang antonim.
Selain membaca blog karir Aikerja, follow juga akun instagram aikerja untuk informasi terbaru seputar lowongan kerja, dan dunia kerja.